Selasa, 09 Juli 2013

Anak Indonesia Itu.....

Suatu pagi aku harus menyusuri sisi lain Jakarta karena tugas dari big Bos dalam rangka mengemban amanah, menjalani sebagian peranku, fungsiku sebagai ciptaanNya. Tempat yang belum pernah kukunjungi meski masih di area Jakarta. Haha......baru sekota aja aku sudah merasa sedemikian kecil, apatah lagi dibanding seluruh karya agungNya, aku hanyalah bagian sangat kecil dari sebuah butiran debu.

Melewati sebuah pasar tradisional, hehehe......macet donk, merambat sering berhenti, membuatku tidak menyia2kan kesempatan mengamati keadaan sekitar. Anak2.......lagi2 merekalah yang membuatku terpaku memperhatikan. Ada seorang anak perempuan kecil, mungkin sekitar 2-3 tahun usianya, dengan perawakan yg menurutku menawan gemuk sedang, montok lucu, kulit coklat gelap, terlihat sehat dan gembira, sedang berdiri di antara dua orang perempuan dewasa yang aku tebak sebagai ibu dan neneknya yang berpakaian sederhana sedikit lusuh sedang duduk di depan gelaran dagangan sayuran seadanya di pinggir jalan. Sesekali anak itu menyuapkan makanan minuman ke ibu dan neneknya, lalu mereka bergantian mencium pipi chuby anak lucu itu. Ah....bahagianya mereka. Lalu di tempat lain aku melihat seorang anak lelaki nangkring di gerobag sampah yang ditarik ayahnya, sementara anak laki2 yg lebih kecil duduk persis di belakang ayahnya yang sedang susah payah membuat gerobag penuh sampah itu jalan. Mereka sesekali bercanda ketawa bertiga.......meski di gerobag sampah.

Lalu aku ingat anak2 di bagian lain, anak2 yg diasuh pembantu atau baby sitter, didorong dengan baby stroller atau sepeda kecil yg dilengkapi dorongan oleh para pengasuh yang asyik dengan hpnya atau ngobrol sesama mereka, kalau aku tanya ke mereka jawaban seragam kuperoleh, ayah ibunya ke kantor, berangkat pagi banget dan pulang malam. Sabtu Minggu acara undangan, kerjaan sampingan, atau hang out sesama eksmud teman2 keren mereka. Yang agak lebih besar sibuk dengan gadget di tangannya, atau bergerumbul di warnet bermain game online, atau les kursus sana sini. Pernah aku masuk warnet beginian, duuh.......suaranya berisik banget tapi bukan celoteh merdu kadang ngeselin anak2 yg di sana tetapi berisik suara game yang aku sangat tidak suka. Anak2nya diam.....senyap.....hanya mata mereka terpana, melotot, fokus pada layar2 komputer penuh radiasi. Sedih banget!

Lalu saat liburan seperti sekarang.... begitu banyak anak2 kutemui di airport kala tengah malam berseragam hendak umroh bersama ayah bundanya yang kelihatannya dari keluarga berada. Atau juga banyak ditemui di Singapore oleh adikku kala menemani istri dan anaknya yang memanfaatkan free tiket dari perusahaan airline tempatnya bekerja. Memang sebagian lagi sedang berlibur di 'kampung Inggris' di Kediri yang fenomenal itu, atau di pesantren liburan, atau tempat terkesan intelek lainnya. Tapi aku juga banyak lihat anak2 'berkeliaran' di jalan2, bergerombol di pinggir jalan dan bukan bermain di lapangan atau di halaman rumah seseorang atau di tanah terbuka lain yang gratis serta melakukan permainan kreatif.

Allahu Akbar!! Sedih banget.....anak2 bangsaku, generasi penerusku, berlian2 indahnya bangsa ini, kasihan banget nasib mereka. Mereka terpisah2 terkotak2 oleh kekayaan orangtua mereka. Aku tidak bisa mengerti yang manakah 'anak Indonesia' itu sebenarnya? Ingin aku melihat banyak anak-anak Indonesia seperti yang kulihat di pasar bersama ibunya, yang di pinggir jalan di atas gerobag ayahnya, yang dilimpahi cinta meski mungkin saja tidak dilimpahi harta. Yang diasuh orangtuanya sendiri dengan sepenuh kasih dan cinta. Ingin aku melihat suasana liburan yang heboh dengan teriakan anak2 segala lapisan bermain bersama di ruang bebas, di lapangan, dengan permainan gratis permainan asli bangsa ini. Aku ingin lapangan kompleks perumahan, kampung2, hiruk pikuk ramai suara celoteh teriakan anak2 yang bermain bersama saat liburan, tanpa peduli anak siapa dan seberapa kayanya orangtua mereka. Aku ingin anak2 bersatu padu dalam permainan bocah mereka yang alami yang mengaktifkan seluruh otak otot dan emosi riang mereka, dengan permainan tradisional bangsa yang gratis namun sesungguhnya sangat mengayakan.

Semoga semua itu bisa terealisasi. Dan anak2 Indonesia tumbuh sebagai anak Indonesia, sebagai berlian bangsa, sebagai aset penting, generasi penerus bangsa. #dream