Jumat, 21 Juni 2013

Kelas Inspirasi

Wuiiiih....baru sempat menuliskan pengalaman hebatku ini sekarang. Kelas Inspirasi! Ya, pengalaman hebat yang masih terkenang2 hingga kini. Sepertinya bakal selamanya.....

Bermula saat aku mendapatkan sebuah tawaran dari seseorang untuk menjadi volunteer di kegiatan yang dikomandani oleh Pak Anis Baswedan Indonesia Mengajar, sebagai inspirator, mengajar sehari dalam program Kelas Inspirasi. Meski awalnya aku gak ngerti apa itu, namun aku berminat ikut. Kedinginan di suhu -15 dercel sambil mengisi formulir dan menulis sebuah essay mengantarkan aku terpilih sebagai salah satu volunteer tersebut. Ya, ternyata melalui seleksi lagi. 

Tanggal 20 Februari.....berarti aku harus sudah di Jakarta pertengahan Februari supaya bisa ikut. Alhamdulillah tiket Lufthansa sudah di tangan, aku segera confirm untuk pulang dan memasang alarm pengingat agar sehari sebelumnya melakukan online boarding. Tidak masalah jatah visaku yang sampai akhir Februari kubiarkan hangus. Lagian, sudah dua bulan aku pergi, sudah cukup juga tugas kutunaikan meski masih kangen dan ingin berlama2 dengan berlian gantengku di sisa waktu visaku.


Oom Bondan Winarno, CEO Kompas Group, dosen, arsitek, pengacara, psikolog, bahkan ada seorang bapak usia 80 th ikut menjadi volunteer sebagai inspirator. Pembekalan yang singkat namun cukup bermanfaat, tidak mengurangi dag dig dug yang mendera dengan semakin dekatnya hari H. Email bernuansa pribadi dari Bapak Anies Baswedan, merupakan booster penyemangat bagiku yang semakin membuatku yakin bahwa aku pasti bisa!

Treng........teng........hari H pun tiba. Jam 5 pagi sudah siap di halte transJakarta, moda angkutan yang baru kali kedua kunaiki. Tas berisi laptop yang bagiku yang berbadan mungil terasa sangat berat, tak mengurangi antusiameku untuk 'mengajar', menginspirasi anak-anak bangsa, memberi mereka mimpi indah yang akan mereka raih, menyiapkan mereka menyongsong asa. Karena bagiku, mereka adalah Indonesia di masa depan! Sama dengan anak-anakaku sendiri.

Seru, menyenangkan, heboh, mengharukan, entah apa lagi kata yang pantas disebutkan. Kuajak anak-anak bermimpi, bukan hanya untuk menjadi sepertiku, bukan hanya mengenai profesiku, namun aku ajak mereka mimpi untuk menjadi diri mereka sendiri di masa depan. Lalu aku memotivasi mereka untuk meraih mimpinya. Tidak ada yang boleh menghalangi mereka untuk meraih mimpi indah mereka itu. Tidak ada satupun! Entah itu kondisi fisik mereka, kondisi ekonomi orangtua mereka, cercaan orang-orang yang menyangsikan mereka, bahkan diri mereka sendiri jangan sampai menghalanginya.

"Kapan mama ke sini lagi?" Pertanyaan mengharukan yang membuatku tersanjung. Belum lagi kujawab pertanyaan itu sudah disusul dengan rajukan; "Kan ibu harus periksa buku mimpi saya yang tadi ibu ajarkan. Sering-sering ke sini ya mama......" Lalu yang tak kalah menyenangkan saat tangan-tangan mungil berebut menarik tanganku untuk dicium yang cukup mengagetkanku yang sedang mondar-mandir karena jam terakhir adalah jam kosong untuk istirahat bagiku yang kugunakan untuk mengeksplore sekolah dan lingkungannya. Belum lagi Bapak Kepala Sekolah yang sangat kooperatif, dan guru-guru hebat yang legowo menerima kami dan ikhlas kelas kami ambil alih sehari penuh. 



Teman-teman tim Kelas Inspirasi 50 yang hebat, heboh, keren, membuatku bangga menjadi bagian dari mereka. Sungguh, Kelas Inspirasi tidak akan aku lupakan. Bravo kelas inspirasi, terima kasih semuanya, aku bangga menjadi bagian dari program ini, aku bangga menjadi bagian dari kalian semua.Tugasku menginspirasi, namun akulah yang makin terinspirasi.

Sampai sekarang, anak2 itu masih sering menghubungiku, sms, whatsapp, menceritakan tentang mimpi mereka, tentang buku mimpi yang aku ajarkan dan sudah mereka buat dan mereka bawa setiap hari, tentang senangnya mereka pernah ketemu aku, pernah aku ajar di kelas, juga betapa mereka merindukan kehadiranku lagi di sekolah mereka untuk melihat mereka, mendengar mereka merajut mimpi. Juga Kepala Sekolah dan guru2nya, mereka ingin aku datang lagi ke sana untuk kembali berbagi, menginspirasi.

Aku makin yakin, mimpiku sendiri, yang sudah kutulis, kususun kepingan puzlenya, kupupuk sejak lama, aku perjuangkan dengan berbagai upaya, akan terwujud. Mimpiku itu adalah, Indonesia Jaya, dan anak-anak bangsa menjadi tuan rumah di negrinya sendiri, di surga dunia yang sudah Allah anugerahkan sebagai tanah tumpah darah mereka. INDONESIA

“ The great pleasure in life is doing what people say you cannot do. ”
— Walter Bagehot


Salam Kelas Inspirasi,

Dewi KI 50 Feb 2013

Selasa, 18 Juni 2013

Wow.....Modal Berapa??

DCS sudah diumumkan oleh KPU. Dan Allah masih memberiku tempat di sana, no. urut 3 dapil Jateng V. Maka saat ini di situlah aku mempunyai tugas amanah dariNya. Aku harus berjuang semaksimal aku mampu untuk meraihnya. Dan ini bukan karena ambisiku namun karena jalan yang Dia tetapkan.

Ya, sejak aku masuk sebagai salah satu bakal calon anggota legislatif DPRRI alias calon wakil rakyat, berbagai macam tanggapan datang dari banyak pihak. Tapii.....yang paling banyak adalah pertanyaan; "Berapa modalnya? Berapa setorannya? Berapa biayanya?" dll yang intinya kebanyakan mengira aku mengeluarkan modal uang yang cukup besar. Wow!! Apa iya segitunya yang diketahui masyarakat? Menjadi caleg artinya siap keluar uang banyak?

Hmm.....ok, aku akan cerita. Bahwa aku menjadi caleg dari PKPI bukan bermodal uang, bukan dimintai 'setoran', bukan harus mengeluarkan biaya fantastis. PKPI tidak pernah sekalipun memintaku mengeluarkan uang besar untuk itu. PKPI memintaku menjadi wakil rakyat, membawa aspirasi masyarakat daerah pemilihanku pada khususnya dan aspirasi bangsa Indonesia pada umumnya. Bahkan PKPI mewanti2 aku agar tidak melakukan money politik untuk mendulang suara agar juga tidak melakukan korupsi jika nanti aku terpilih dan menjadi wakil rakyat, sejak sebelum partai menetapkan siapa saja yang akan diajukan sebagai bacaleg. Yaa.....kami diwawancara, dan aku dipesan untuk tidak korupsi, tidak merusak kecantikan wajahku dengan perbuatan yang tidak cantik itu. Hehehe......bapaaak pinter banget membuatku melayang sih??? :-P

Oleh karena itu aku bersedia. Bismillaahirrahmaanirrahiim dengan menyebut nama Allah aku memulai perjuanganku dalam bidang ini, mengisi formulir pendaftaran bacaleg, dan menyerahkan formulir itu ke partai yang akan mengirimku, PKPI. Setelah aku bersedia, maka aku harus amanah, mengupayakan semampuku, tidak harus dengan uang banyak karena aku sama sekali tidak berniat mengumpulkan suara dengan uang, dengan materi, dengan menyuap rakyat. Aku tidak mau melecehkan rakyat dengan membeli suara mereka.

Menjadi aleg bukan modal uang yang seolah artinya menjadi sebuah investasi lalu harus untung pula. TIDAK! Menjadi aleg adalah sebuah pengabdian, bukan tempat mencari uang atau menginvestasikan uang. Juga bukan tempat mencari pekerjaan, penghasilan, kekuasaan. Menjadi aleg artinya menjadi wakil rakyat, menjadi pembuat peraturan, menjadi legislator yang bertanggungjawab atas legislasi.

Untuk semuanya...........jika ingin mempunyai wakil rakyat yang baik, maka jangan sekali kali memilih yang melakukan money politik dalam bentuk apapun! Jangan milih yang melakukan kegiatan amal namun ada maunya, berpamrih, bakti sosial dengan embel2 minta dipilih, bagi2 sembako, uang, apapun materi untuk mengambil suara Anda semia. Jangan mau suara Anda dibeli dengan murah, suara Anda tak ternilai harganya, suara Anda adalah masa depan bangsa, jangan sia-siakan!!