Selasa, 03 Mei 2016

BELAJAR MENJADI PEMIMPIN


"Pokoknya....Vania itu temanku! titik!!!"
 Pernah terdengar teriakan salah satu teman Vania penuh emosi dari sebuah ruang belajar.

Tentu sudah banyak yang tahu bahwa peincessku adalah homeschooler, pesekolah rumah, sekolahnya di rumah. Memang sering orang menanyakan bagaimana dengan sosialisasinya, kemampuan bertemannya, kemampuan bersaingnya, kemampuan kompetisi dan termasuk bagaimana dia bekerjasama mengingat dia bersekolah rumah. Hhhh........aku biasanya kalau lagi males jelasin hanya menjawab bahwa anakku bersekolah rumah, sekolahnya di rumah dan bukan dibekep di rumah. Hehehe.......

Nah ceritaku ini mungkun bisa menjawab berbagai pertanyaan teman-teman tentang hal tersebut. Bagaimanakah kemampuan sosialisasi princess cantikku itu.

Sudah sebulan dua bulan ini princessku mulai mau menerima tawaranku untuk menambah kegiatan belajarnya dengan mengikuti beberapa tempat untuk pelajaran tambahan, dimana di sana tergabung banyak anak dari berbagai sekolah formal. Hanya princessku yang homeschool. Awalnya.......hahaha.....dia seperti di bully gitu deh, verbal sih, dibilang anak gak sekolah, bisa apa emang, dll dll yang tadinya kupikir bakal membuatnya jadi males atau malah membuatnya marah bahkan nangis. Sadis tauuuu anak-anak sekarang kalau ngebully temannya. Kok bisa ya mereka pinter keluarin kata-kata yang menjatuhkan mental anak lain? Apa karena contoh dari orang dewasa seperti itu? Ah.....entahlah. Di luar dugaan orang, kalau aku sih sudah menduga karena kan ada gurunyaaa....... hahaha.......si cantikku menanggapinya dengan santai, kalem, sesekali dia kick dengan perbuatan, bukti prestasi, atau kata-kata balasan yang menohok.

Dengan berjalannya waktu, gak lama sih sebenarnya, semua teman barunya menerima bahkan sangat senang dengan kehadiran princessku. Dia selalu jadi rebutan, bahkan selalu diangkat jadi ketua, jadi pemimpin, meskipun dia belum datang atau sedang ke luar ruangan, maka saat dia masuk ruangan tahu-tahu sudah harus memimpin teman-temannya. Jika ada game atau kompetisi, tentu saja teman-temannya akan berebut menjadi teman satu tim dengan Vania. Sehingga instruktur (guru)nya yang kemudian menetapkan Vania masuk tim mana. Biasanya dia akan dipasangkan dengan anak yang dianggap paling lemah di kelas itu.

Gimana rasanya disatukan dengan teman terlemah dek? Tanyaku curious. 
Awalnya gak suka dan gemes karena aku harus ekstra berusaha Ma. Tapi adek ingat kata-kata Mama, bahwa setiap anak punya kelebihan. Jadi adek yakin teman terlemah juga punya kelebihan. Ya sudah adek bagi-bagi tugas sesuai kelebihan masing-masing. Termasuk yang bisa dibilang gak bisa apa-apa (qiqiqiq.....dia cekikikan geli sendiri) adek kasih dia tugas membantu teman-teman yang lain, misal ambilkan alat tulis yang terjatuh saat kami heboh. Lha kan itu penting Ma, kami bisa kalah hanya gara-gara penghapus nggelinding telat diambil. Aku bilang ke teman-teman satu timku kalau semua tugas penting, tidak boleh ada yang merasa paling hebat atau ngejek teman yang mempunyai tugas yang mereka anggap gampang.

Dan.....di bawah kepemimpinannya itu, dengan selalu ada anggota tim yang dianggap terlemah, tetap saja timnya itu akan menang. Ya, dia selalu diangkat menjadi pemimpin, dan tim yang dia pimpin selalu menang.

Pendapat Anda? Apakah Princess perlu diragukan kemampuan sosialisasinya??? Kemampuan 'bersaing'nya? Survivalnya? Apakah didikanku yang bukan bersaing, bukan berusaha mengalahkan temannya itu salah? Kataku sih tidak! Aku lebih suka princessku, berlian-berlianku mengedepankan bersatu, berteman, saling bantu saling dukung dan bukan bersaing apalagi saling menjatuhkan.Karena seorang pemimpin seharusnya bisa menyatukan, menguatkan, merangkul semua, membuat semua bermartabat dengan segala kelebihan dan kekurangannya, dan bukan yang berusaha menang berusaha menjatuhkan orang lain.

Bisa jadi fenomena sekarang, di mana orang mengedepankan 'menjatuhkan' orang lain adalah hasil didikan 'bersaing'. Padahal jika semua berpikir bersikap bertindak sebagai negarawan, maka tidak perlu bersaing, tidak perlu menjatuhkan orang lain, tidak perlu mencari kejelekan kekurangan orang lain sampai memfitnah segala. Cukup dengan masing2 berbuat sesuai perannya dengan sebaik2nya, memberikan hal baik hal positif yang dimiliki, tunjukkan kehebatan diri, kemampuan diri, kompetensi diri. Maka jika memang kita atau pilihan kita yang terbaik maka dialah yang akan menang, meski bukan dengan dasar bersaing apalagi menjatuhkan orang lain.

 Menjatuhkan orang lain untuk naik, artinya kita menyadari bahwa orang lain tersebut memang lebih tinggi dari kita. menjelekkan orang lain agar kita kelihatan baik, artinya kita sadar bahwa orang lain tersebut memang lebih baik dari kita. Maka jika memang kita atau pilihan kita yang terbaik maka kitalah yang akan menang, tidak perlu berusaha menjatuhkan atau mencari kejelekan orang lain, apalagi memfitnah.

Itulah Sang Pemimpin Sejati.