Wuiiiih....baru sempat menuliskan
pengalaman hebatku ini sekarang. Kelas Inspirasi! Ya, pengalaman hebat
yang masih terkenang2 hingga kini. Sepertinya bakal selamanya.....
Bermula
saat aku mendapatkan sebuah tawaran dari seseorang untuk menjadi
volunteer di kegiatan yang dikomandani oleh Pak Anis Baswedan Indonesia
Mengajar, sebagai inspirator, mengajar sehari dalam program Kelas
Inspirasi. Meski awalnya aku gak ngerti apa itu, namun aku berminat
ikut. Kedinginan di suhu -15 dercel sambil mengisi formulir dan menulis
sebuah essay mengantarkan aku terpilih sebagai salah satu volunteer
tersebut. Ya, ternyata melalui seleksi lagi.
Tanggal
20 Februari.....berarti aku harus sudah di Jakarta pertengahan Februari
supaya bisa ikut. Alhamdulillah tiket Lufthansa sudah di tangan, aku
segera confirm untuk pulang dan memasang alarm pengingat agar sehari
sebelumnya melakukan online boarding. Tidak masalah jatah visaku yang
sampai akhir Februari kubiarkan hangus. Lagian, sudah dua bulan aku
pergi, sudah cukup juga tugas kutunaikan meski masih kangen dan ingin
berlama2 dengan berlian gantengku di sisa waktu visaku.
Oom
Bondan Winarno, CEO Kompas Group, dosen, arsitek, pengacara, psikolog,
bahkan ada seorang bapak usia 80 th ikut menjadi volunteer sebagai
inspirator. Pembekalan yang singkat namun cukup bermanfaat,
tidak mengurangi dag dig dug yang mendera dengan semakin dekatnya hari
H. Email bernuansa pribadi dari Bapak Anies Baswedan, merupakan booster
penyemangat bagiku yang semakin membuatku yakin bahwa aku pasti bisa!
Treng........teng........hari H pun tiba. Jam 5 pagi sudah siap di halte transJakarta, moda angkutan yang baru kali kedua kunaiki. Tas berisi laptop yang bagiku yang berbadan mungil terasa sangat berat, tak mengurangi antusiameku untuk 'mengajar', menginspirasi anak-anak bangsa, memberi mereka mimpi indah yang akan mereka raih, menyiapkan mereka menyongsong asa. Karena bagiku, mereka adalah Indonesia di masa depan! Sama dengan anak-anakaku sendiri.
Seru, menyenangkan, heboh, mengharukan, entah apa lagi kata yang pantas disebutkan. Kuajak anak-anak bermimpi, bukan hanya untuk menjadi sepertiku, bukan hanya mengenai profesiku, namun aku ajak mereka mimpi untuk menjadi diri mereka sendiri di masa depan. Lalu aku memotivasi mereka untuk meraih mimpinya. Tidak ada yang boleh menghalangi mereka untuk meraih mimpi indah mereka itu. Tidak ada satupun! Entah itu kondisi fisik mereka, kondisi ekonomi orangtua mereka, cercaan orang-orang yang menyangsikan mereka, bahkan diri mereka sendiri jangan sampai menghalanginya.
"Kapan mama ke sini lagi?" Pertanyaan mengharukan yang membuatku tersanjung. Belum lagi kujawab pertanyaan itu sudah disusul dengan rajukan; "Kan ibu harus periksa buku mimpi saya yang tadi ibu ajarkan. Sering-sering ke sini ya mama......" Lalu yang tak kalah menyenangkan saat tangan-tangan mungil berebut menarik tanganku untuk dicium yang cukup mengagetkanku yang sedang mondar-mandir karena jam terakhir adalah jam kosong untuk istirahat bagiku yang kugunakan untuk mengeksplore sekolah dan lingkungannya. Belum lagi Bapak Kepala Sekolah yang sangat kooperatif, dan guru-guru hebat yang legowo menerima kami dan ikhlas kelas kami ambil alih sehari penuh.
Treng........teng........hari H pun tiba. Jam 5 pagi sudah siap di halte transJakarta, moda angkutan yang baru kali kedua kunaiki. Tas berisi laptop yang bagiku yang berbadan mungil terasa sangat berat, tak mengurangi antusiameku untuk 'mengajar', menginspirasi anak-anak bangsa, memberi mereka mimpi indah yang akan mereka raih, menyiapkan mereka menyongsong asa. Karena bagiku, mereka adalah Indonesia di masa depan! Sama dengan anak-anakaku sendiri.
Seru, menyenangkan, heboh, mengharukan, entah apa lagi kata yang pantas disebutkan. Kuajak anak-anak bermimpi, bukan hanya untuk menjadi sepertiku, bukan hanya mengenai profesiku, namun aku ajak mereka mimpi untuk menjadi diri mereka sendiri di masa depan. Lalu aku memotivasi mereka untuk meraih mimpinya. Tidak ada yang boleh menghalangi mereka untuk meraih mimpi indah mereka itu. Tidak ada satupun! Entah itu kondisi fisik mereka, kondisi ekonomi orangtua mereka, cercaan orang-orang yang menyangsikan mereka, bahkan diri mereka sendiri jangan sampai menghalanginya.
"Kapan mama ke sini lagi?" Pertanyaan mengharukan yang membuatku tersanjung. Belum lagi kujawab pertanyaan itu sudah disusul dengan rajukan; "Kan ibu harus periksa buku mimpi saya yang tadi ibu ajarkan. Sering-sering ke sini ya mama......" Lalu yang tak kalah menyenangkan saat tangan-tangan mungil berebut menarik tanganku untuk dicium yang cukup mengagetkanku yang sedang mondar-mandir karena jam terakhir adalah jam kosong untuk istirahat bagiku yang kugunakan untuk mengeksplore sekolah dan lingkungannya. Belum lagi Bapak Kepala Sekolah yang sangat kooperatif, dan guru-guru hebat yang legowo menerima kami dan ikhlas kelas kami ambil alih sehari penuh.
Teman-teman tim Kelas Inspirasi 50 yang hebat, heboh, keren, membuatku bangga menjadi bagian dari mereka. Sungguh, Kelas Inspirasi tidak akan aku lupakan. Bravo kelas inspirasi, terima kasih semuanya, aku bangga menjadi bagian dari program ini, aku bangga menjadi bagian dari kalian semua.Tugasku menginspirasi, namun akulah yang makin terinspirasi.
Sampai sekarang, anak2 itu masih sering menghubungiku, sms, whatsapp, menceritakan tentang mimpi mereka, tentang buku mimpi yang aku ajarkan dan sudah mereka buat dan mereka bawa setiap hari, tentang senangnya mereka pernah ketemu aku, pernah aku ajar di kelas, juga betapa mereka merindukan kehadiranku lagi di sekolah mereka untuk melihat mereka, mendengar mereka merajut mimpi. Juga Kepala Sekolah dan guru2nya, mereka ingin aku datang lagi ke sana untuk kembali berbagi, menginspirasi.
Aku makin yakin, mimpiku sendiri, yang sudah kutulis, kususun kepingan puzlenya, kupupuk sejak lama, aku perjuangkan dengan berbagai upaya, akan terwujud. Mimpiku itu adalah, Indonesia Jaya, dan anak-anak bangsa menjadi tuan rumah di negrinya sendiri, di surga dunia yang sudah Allah anugerahkan sebagai tanah tumpah darah mereka. INDONESIA
Salam Kelas Inspirasi,
Dewi KI 50 Feb 2013