Rabu, 24 Juli 2013
WINARSIH DEWI, A. Ak.
Label:
Boyolali,
Caleg,
DPRRI,
Jawa Tengah V,
Klaten,
PKPI,
Solo,
Sukoharjo,
Sutiyoso,
wakil rakyat,
Winarsih Dewi
Selasa, 09 Juli 2013
Anak Indonesia Itu.....
Suatu pagi aku harus menyusuri sisi
lain Jakarta karena tugas dari big Bos dalam rangka mengemban amanah,
menjalani sebagian peranku, fungsiku sebagai ciptaanNya. Tempat yang
belum pernah kukunjungi meski masih di area Jakarta. Haha......baru
sekota aja aku sudah merasa sedemikian kecil, apatah lagi dibanding
seluruh karya agungNya, aku hanyalah bagian sangat kecil dari sebuah
butiran debu.
Melewati
sebuah pasar tradisional, hehehe......macet donk, merambat sering
berhenti, membuatku tidak menyia2kan kesempatan mengamati keadaan
sekitar. Anak2.......lagi2 merekalah yang membuatku terpaku
memperhatikan. Ada seorang anak perempuan kecil, mungkin sekitar 2-3
tahun usianya, dengan perawakan yg menurutku menawan gemuk sedang,
montok lucu, kulit coklat gelap, terlihat sehat dan gembira, sedang
berdiri di antara dua orang perempuan dewasa yang aku tebak sebagai ibu
dan neneknya yang berpakaian sederhana sedikit lusuh sedang duduk di
depan gelaran dagangan sayuran seadanya di pinggir jalan. Sesekali anak
itu menyuapkan makanan minuman ke ibu dan neneknya, lalu mereka
bergantian mencium pipi chuby anak lucu itu. Ah....bahagianya mereka.
Lalu di tempat lain aku melihat seorang anak lelaki nangkring di gerobag
sampah yang ditarik ayahnya, sementara anak laki2 yg lebih kecil duduk
persis di belakang ayahnya yang sedang susah payah membuat gerobag penuh
sampah itu jalan. Mereka sesekali bercanda ketawa bertiga.......meski
di gerobag sampah.
Lalu
aku ingat anak2 di bagian lain, anak2 yg diasuh pembantu atau baby
sitter, didorong dengan baby stroller atau sepeda kecil yg dilengkapi
dorongan oleh para pengasuh yang asyik dengan hpnya atau ngobrol sesama
mereka, kalau aku tanya ke mereka jawaban seragam kuperoleh, ayah ibunya
ke kantor, berangkat pagi banget dan pulang malam. Sabtu Minggu acara
undangan, kerjaan sampingan, atau hang out sesama eksmud teman2 keren
mereka. Yang agak lebih besar sibuk dengan gadget di tangannya, atau
bergerumbul di warnet bermain game online, atau les kursus sana sini.
Pernah aku masuk warnet beginian, duuh.......suaranya berisik banget
tapi bukan celoteh merdu kadang ngeselin anak2 yg di sana tetapi berisik
suara game yang aku sangat tidak suka. Anak2nya
diam.....senyap.....hanya mata mereka terpana, melotot, fokus pada
layar2 komputer penuh radiasi. Sedih banget!
Lalu
saat liburan seperti sekarang.... begitu banyak anak2 kutemui di
airport kala tengah malam berseragam hendak umroh bersama ayah bundanya
yang kelihatannya dari keluarga berada. Atau juga banyak ditemui di
Singapore oleh adikku kala menemani istri dan anaknya yang memanfaatkan
free tiket dari perusahaan airline tempatnya bekerja. Memang sebagian
lagi sedang berlibur di 'kampung Inggris' di Kediri yang fenomenal itu,
atau di pesantren liburan, atau tempat terkesan intelek lainnya. Tapi
aku juga banyak lihat anak2 'berkeliaran' di jalan2, bergerombol di
pinggir jalan dan bukan bermain di lapangan atau di halaman rumah
seseorang atau di tanah terbuka lain yang gratis serta melakukan
permainan kreatif.
Allahu
Akbar!! Sedih banget.....anak2 bangsaku, generasi penerusku, berlian2
indahnya bangsa ini, kasihan banget nasib mereka. Mereka terpisah2
terkotak2 oleh kekayaan orangtua mereka. Aku tidak bisa mengerti yang
manakah 'anak Indonesia' itu sebenarnya? Ingin aku melihat banyak
anak-anak Indonesia seperti yang kulihat di pasar bersama ibunya, yang
di pinggir jalan di atas gerobag ayahnya, yang dilimpahi cinta meski
mungkin saja tidak dilimpahi harta. Yang diasuh orangtuanya sendiri
dengan sepenuh kasih dan cinta. Ingin aku melihat suasana liburan yang
heboh dengan teriakan anak2 segala lapisan bermain bersama di ruang
bebas, di lapangan, dengan permainan gratis permainan asli bangsa ini.
Aku ingin lapangan kompleks perumahan, kampung2, hiruk pikuk ramai suara
celoteh teriakan anak2 yang bermain bersama saat liburan, tanpa peduli
anak siapa dan seberapa kayanya orangtua mereka. Aku ingin anak2 bersatu
padu dalam permainan bocah mereka yang alami yang mengaktifkan seluruh
otak otot dan emosi riang mereka, dengan permainan tradisional bangsa
yang gratis namun sesungguhnya sangat mengayakan.
Semoga
semua itu bisa terealisasi. Dan anak2 Indonesia tumbuh sebagai anak
Indonesia, sebagai berlian bangsa, sebagai aset penting, generasi
penerus bangsa. #dream
Label:
anak,
aset bangsa,
berlian bangsa,
game,
generasi penerus,
Indonesia,
main
Langganan:
Postingan (Atom)