Sebelum pileg, muncul berbagai web tentang kriteria para caleg yang dibuat oleh berbagai pihak. Entahlah atas pesanan siapa atau atas inisiatif sendiri aku juga tidak tahu Ada http://www.jariungu.com lalu ada lagi http://orangbaik.org lalu juga ada yang keluaran mantan pegawai KPK, yang bentuk video. Ini kata salah satu pembuatnya:
Ide awal nya adalah
keinginan beberapa rekan untuk membantu masyarakat untuk memilih
siapakah yg layak untuk mewakili mereka di Senayan karena faktanya masih
banyak kalangan yg bingung. Harapannya adalah, ada sedikit informasi yg bisa disebar luaskan apalagi
milis inikan isinya warga dari sabang sampai merauke sehingga output yg
ingin di capai adalah : Indonesia akan memiliki DPR yg hebat,
benar-benar mewakili rakyat dan mendukung pemberantasan korupsi.
Valid kah data yang
disajikan itu? Tentu tidak 100 persen, terdapat toleransi sekitar 5
persen karena tidak semua Dapil tersedia Caleg yg memenuhi keseluruhan
kriteria. Lalu apasih kriteria yg digunakan?
Ada empat kriteria yg digunakan dalam hal ini,
1. Domisili di Dapil
2. Umur 30 - 65
3. Mendukung pemberantasan Korupsi
4. Tidak Poligami.
1. Domisili di Dapil
2. Umur 30 - 65
3. Mendukung pemberantasan Korupsi
4. Tidak Poligami.
Catatan penting yg disampaikan pada meja redaksi :
Domisili di Dapil agar di masa baktinya dia akan benar-benar mewakili rakyat. Selama ini Caleg drop dropan cendrung tidak memperhatikan rakyat di Dapil malah lebih memperhatikan pihak yg mendrop dia bahkan melakukan korupsi untuk menjamu yg mendrop dia.
Terlalu muda akan kurang bijak dalam pemikiran2nya sedangkan terlalu tua akan tidak punya tenaga untuk blusukan ke rakyat di Dapilnya selama masa baktinya.
Hmm......lalu teman2ku menanggapi sbb:
Domisili di Dapil agar di masa baktinya dia akan benar-benar mewakili rakyat. Selama ini Caleg drop dropan cendrung tidak memperhatikan rakyat di Dapil malah lebih memperhatikan pihak yg mendrop dia bahkan melakukan korupsi untuk menjamu yg mendrop dia.
Terlalu muda akan kurang bijak dalam pemikiran2nya sedangkan terlalu tua akan tidak punya tenaga untuk blusukan ke rakyat di Dapilnya selama masa baktinya.
Hmm......lalu teman2ku menanggapi sbb:
Lalu bagaimana dengan Mbak Dewi
yang dari PKPI ? Ah menurut saya Mbak Dewi ini seharusnya masuk dalam DCP.
Sebuah “kecelakan” menurut saya jika Mbak Dewi tidak masuk dalam DCP.
Walau tidak masuk DCP, saya tetap mendoakan semoga dengan Ridho Nya, Mbak Dewi
bisa masuk ke Senayan. Amiiiin.
Walaupun mbak Dewi gak masuk
PSA, saya tetep ngefans kok. Malah mau belajar cara mengasuh anak sama
mbak dan mas Martis. Abis kadang2 saya bingung gimana ngadepin anak2
sendiri.
Hahaha.......makasih
mas Irham, tp kalo mau meralat ga jd ngefans krn aku gak masuk
shortlist silahkan lho..... Ya entah apa kriterianya kan gak tahu aku.
Secara aku kan saat berjuang menolak gratifikasi belum ada KPK, dan
saat itu jg blm modern shg aku sering justru dianggap 'salah' krn tdk
ikut arus. Aku disebutnya 'tdk bisa bekerjasama', 'gila', 'tdk wajar'
dll yg disampaikan scr pribadi saat seorg pejabat menasihatiku baik2,
supaya aku ikut arus aja krn ada yg nyiapin aku jd rising star nya sebuah instansi XXX.
Aku berterima kasih bgt n sgt hormat dg belio2 tp aku matur, kalau saya
menolak sesuatu krn Allah, saya yakin suatu saat saya akan
mendapatkannya jg krn Allah. Cieeeee.....sok bgt yak aku saat itu.
Termasuk
saat satu2nya yg lulus berbagai test tp tdk diberangkatkan ya aku nrimo
aja. Dan insya Allah aku gak dendam kok. Semoga Allah bersihkan hatiku
dr rasa2 tdk baik itu.
Gitu
mas, jika mas Irham meralat aku jg gak marah atau sakit hati. Biasa
aja. Tetep......yg di Jateng V, coblos aja pojok kanan bawah, partai
no.15, caleg no.3. WINARSIH DEWI
Pertanyaan yang hampir
mirip juga muncul ketika ngeliat dapil Jateng V. Masa mbak Dewi gak
masuk shortlist itu, padahal kan aku udah terlanjur ngefans sama mbak
Dewi :-)
Tentu saja aku seneng jika teman2ku sendiri mengerti, tapiii......bagaimana dengan konstituenku? Bagaimana dengan yang tidak terlalu mengerti aku? Tentu saja arahan mereka untuk memilih si A, B, C atau Z dan melihat mereka mantan pegawai KPK dan mereka membuat anti korupsi sebagai salah satu kriteria lalu aku tidak mereka rekomendasikan sangat merugikan aku. Seolah aku tidak anti korupsi. Kejamnyaaa.......
Oooh....kalo aku saat itu MILIH dapilku bang, tidak ada yg ngedrop aku
malah pada heran aku berani milih dapil neraka, tp aku emang tdk tinggal
di dapil. Karena aku lahir dan besar di dapilku aku berniat mengabdi
sebagai wakil dapilku. Konstituenku sih bilang kalau aku terpilih mereka
seneng karena tahu ke mana menyalurkan aspirasi, karena kenal aku,
kenal keluargaku, minimal kenal teman2ku, guru2ku, orang2 yg kenal aku
secara pribadi sehingga mereka yakin aspirasi mereka akan sampai dan
kuperjuangkan meski aku tdk tinggal di dapil.
Saat
aku ditawari Dapil Jakarta Timur aku malah belum bersedia karena meski
tinggal di sini aku kurang (belum) terlalu memahami wilayah Jaktim,
belum sekuat ikatanku dg Jateng V.
Bukan pembelaan, sekedar penjelasan saja. Suer!
Dan.....aku rapopo kok tdk direkomendasikan, tdk dipilih oleh KPK (wong
KPK gak tinggal di Solo raya ya bukan konstituenku to, hahaha......),
yg milih biar yang di Solo raya saja.
Dew,
setiap
proses seleksi pasti ada anomali....kriteria apapun tak bisa secara
sempurna menghasilkan pilihan yang benar-benar sempurna.
Buat
saya, Dewi adalah anomali. Tak terjaring oleh kriteria umum, tapi
sebenarnya bermutu tinggi juga!! lanjut terus Dewi.....
Ini tanggapan seniorku. Tapi tetep saja aku sakjane ya gak terima dinilai sepihak. Tapi yo wis.......aku rapopo.......semua ada hikmahnya, semua akan dapat balasannya, semua akan menuai apa yang ditabur. Biar sajalah.....Allah Maha Tahu, Maha memutuskan. Apapun keputusanNya aku akan menerima dengan ikhlas, legowo. Suer!!
Hahaha......semoga Indonesia mendapatkan yang terbaik.