Minggu, 02 Maret 2014

MASINIS


Akhir2 ini aku harus wira wiri Jakarta Solo sehubungan dengan amanah baru yang dipercayakan padaku. Aku dipercaya oleh sebuah partai politik PKPI yg dipimpin Bang Yos Jend. soetiyoso, untuk menjadi kandidat wakil rakyat yang jika terpilih akan duduk di Senayan, bekerja mewakili rakyat, menjadi anggota legislatif, membawa aspirasi rakyat untuk kuperjuangkan demi kepentingan rakyat, kepentingan bangsa dan negaraku Indonesia, wakil dari daerah kelahiranku Boyolali Klaten solo Sukoharjo.

Untuk menghemat pengeluaran, menghemat ongkos politik yang kata banyak pihak sangat mahal, tanpa mengurangi banyak kenyamananku agar staminaku tetap terjaga, aku memilih moda angkutan kereta api. Angkutan umum yang ternyata cukup nyaman, cepat, murah, dan sekarang cukup mudah mulai dari cara mencari tiket, memesan, membayar, sampai naik keretanya. Hanya saja kenapa harus menukar lagi di stasiun ya? Kan bisa print aja dari kiriman PT. KAI lalu saat chek in divalidasi oleh petugasnya. Jadi kami para penumpang tidak perlu bolak balik ke stasiun, cukup saat mau berangkat saja.  Hehe..........ingin aku sampaikam komplimen ini ke dirut PT. KAI sekaligus usulanku.

Me N Dirut PT. KAI

Aku sangat tidak suka ngaret atau ngepas waktu dalam keperluan apapun. Lebih baik aku kepagian, kecepetan, daripada telat. Apalagi kereta, kan gak mungkin mau nunggu kalau akunya telat. Makanya ada pepatah, biar hitam tapi hitamnya kereta api, banyak yang menanti. Karena lebih sering aku naik kereta Argo pagi, maka aku memilih berangkat bareng pacarku ke kantor, aku di drop di stasiun, lalu dia terus ke kantor.

Sambil nunggu keretaku datang, aku biasa baca2, nulis, atau memperhatikan sekelilingku untuk lalu.....kutulis. Hahaha......teuteup!


  
Nunggu di luar peron, di dalam peron namun masih di lantai dua tempat nunggu penumpang, ataupun nunggu di lantai atas tempat kereta datang dan pergi, semua mengasyikkan. Ah......sungguh berbeda kondisi jaman dulu aku masih biasa naik kereta api dengan sekarang. Nunggu di manapun tetap menyenangkan. Lingkungan stasiun yang bersih, rapi, tertib, dan hanya calon penumpang saja yang bisa masuk membuat suasana stasiun teratur dan nyaman. Aku pernah menunggu di ketiga zona tersebut. Masing2 punya daya tarik tersendiri. Punya daya pikat tersendiri.

Lantai teratas, tempat kereta datang pergi, meski terkadang kursi basah atau kotor karena ruang terbuka, aku tetap suka berlama2 nunggu di sana. Memperhatikan kereta2 hilir mudik ternyata mengasyikkan. Selain rangkaian gerbong, ada juga lokomotif yang langsir, lewat sambil masinisnya melongokkan kepala dan sebagian badannya keluar jendela. Ah......masih sangat belia. Aku jadi ingat peristiwa kecelakaan Commuter Line, kereta Jabodetabek dengan truk tangki di Bintaro beberapa waktu lalu yang mengakibatkan meninggalnya masinis dan teknisi kereta yang masih usia belia. Sedih banget aku mendengar berita itu. Sekarangpun aku masih mrinding saat menuliskannya. Anak baik, masih bersih, masih idealis, mereka memilih bertanggungjawab dengan mengorbankan diri mereka setelah memberi peringatan kepada penumpang padahal mereka bisa menyelamatkan diri. Konyol? Tidak bagiku. Mereka hanya anak polos, jujur, bersih. Semoga mereka bahagia di pelukanNya.

Aku jadi ingat kisah seorang anak di Jepang yang setiap hari duduk di depan jendela rumah neneknya dan selalu menunggu kereta lewat dekat rumah neneknya. Dia sangat senang jika kereta lewat tepat waktu. Dia kagum dengan masinisnya, yang selalu tepat waktu. Dan dia terobsesi, bercita2 ingin menjadi masinis saat besar nanti. Ingin mengantar penumpangnya tepat waktu ke tempat tujuan mereka. Betapa bahagianya jika dia bisa melakukan hal itu. Saat dia besar, cita2 itu terwujud. Dia menjadi seorang masinis. Dia sangat bangga dan menikmati profesinya itu.

Aku sangat berharap, putra putri Indonesia, anak2 bangsaku, generasi penerusku, nantinya juga akan seperti itu. Mempunyai obsesi, mimpi, cita2, yang dirangkai, diangankan, dimimpikan sejak masa kecil, yang lalu diwujudkan dan menjadi profesi kebanggaannya, serta dihargai, diapresiasi oleh orangtuanya, keluarganya, masyarakat, juga oleh negaranya. Apapun itu profesinya. Karena negara memerlukan semua profesi. Tidak ada profesi yang lebih hebat dari yang lainnya, demikian sebaliknya tidak ada yang hina. Semua profesi terhormat dan dibutuhkan.

Bayangkan jika setiap anak bangsa bekerja di bidang yang dia minati,  dengan hati, penuh dedikasi, maka aku sangat yakin negriku yang kaya raya dan penuh dengan anak2 hebat ini akan menjadi negara hebat, negara yang akan sangat diperhitungkan di dunia internasional. Negara kebanggaan, negara tempat anak cucuku berbakti, berkarya, mensyukuri anugerahNya, negara dimana anak bangsa menjadi tuan rumah di negri mereka sendiri.

Aaamiiiin.........😍🚊🌹

Pendapat Anda?

Tidak ada komentar: